Thursday, July 29, 2010

untitled


Subulussalam, 18 Juli 2010
malam itu dia coba untuk berbaring saat rasa linu mulai menggerayangi setiap persendian dan perih menyelinap dari luka-luka goresan kedua kakinya. ada sakit yang menyiksa di tendon paha kirinya, ada nyeri dari sisa air sungai di telinganya, dan begitu banyak asam laktat tertimbun, tapi juga ada sebentuk senyum terkulum ...sesaat,

"terimakasih Tuhan..."

lalu kedua matanya pun terpejam.

Subulussalam, 19 Juli 2010
...ada rasa yang datang mengendap-endap dalam gelap setelah bibirnya senyap tak berucap, menyelinap di antara rusuk-rusuk dan belikat lalu meresap dan mengancam harap, menambah sesak dada yang memang sudah sesak oleh rindu sejak tadi,

"Aku takut..."

Subulussalam, 20 Juli 2010
"ada paket nih, ke kantor kan?"

suara seorang pegawai kantornya yang tiba-tiba menelpon di tengah hangatnya sore waktu dia lagi dinas luar membuatnya penasaran tentang kejutan yang akan dia terima hari itu. demi rasa penasaran dia ahiri pendataan sore itu dan,

"Seperti dua orang aneh ini, hihihhi... Semoga selalu bisa bersama, Walaw masih dalam jarak Semoga selalu bisa tersenyum, Walau masih dalam jarak Dan selalu saling menyayang, Walau masih dalam jarak Terbentang lepas... Bersama menanti cahaya tiba Untuk saling beriring bukan digiring" -spasi- (Ardiyanti Sari)

senyum kecilnya terkembang setelah dia baca sebuah pesan singkat yang tertulis di kertas hitam itu, sebuah pesan yang terkirim bersama kejutan kecil yang begitu istimewa dari pengirim yang juga istimewa.



Subulussalam, 23 Juli 2010
awan mendung masih saja menggelayut manja di kolong langit kota itu sedari pagi, seolah hujan sore itu tak cukup tuntas dan ada yang tertahan. seperti embun di ujung dahan, rindu itu masih tertahan...

"terimakasih Tuhan, Kau berikan dia yang begitu indah untukku,"

dan lelaki itu tidur dengan senyuman.

Subulussalam, 26 Juli 2010
pagi itu udah jam enam waktu dia paksa mata sipitnya untuk kembali terbuka, dulu dia ga akan bisa bangun di waktu sepagi dan di dingin udara seperti itu. tapi itu dulu, hampi dua bulan lewat sampai cerita di antara mereka dimulai.

"coba kamu ada di sini, di pelukku, pasti aku makin males ngantor,"

bangkit dari balik selimut tebalnya menuju kamar mandi dan berwudlu. dingin angin yang mendesir sisa hujan subuh tadi makin membuat dia sesak akan rindu, akan jarak, akan perempuannya yang tadi membangunkan dengan telepon,

"dan kita jadi telat absen pastinya..."

Subulussalam, 27 Juli 2010
"Seorang temen pernah bilang daun yang jatuh tak pernah membenci angin... Ia akan membiarkannya begitu saja.. Tak melawan pusaran angin dan tarikan grafitasi.. Mengikhlaskan.. Kamu tau sayang? Itu yang aku rasakan sekarang, aku dekatimu dan biarkan hati ini jatuh, sekarang hati ini udah bener-bener jatuh dan aku relakan dadaku sesak akan rindu. Merindumu..."

[dari kumpulan status facebook gw, Purwodadi 8 September 2010]

No comments:

Post a Comment