Showing posts with label dear diary. Show all posts
Showing posts with label dear diary. Show all posts

Sunday, November 14, 2010

LSPOP, Enos, dan Gayus





jam sembilan aku dan Enos pergi dari kantor ke percetakan karena LSPOP di kantor abis, sebelomnya ga ada apa-apa dan kami juga happy-happy aja. sampe terjadi pembicaraan itu, antara aku, Enos, dan abang-abang di dekstop cetak (AADC) yang mukanya penuh bopeng dan berkerut-kerut dengan piercing palsu dari kertas aluminium foil bekas kondom rokok jisamsu super premium. Waktu itu di percetakan...


aku : berapa, Nos, enam rim ya?

Enos : tiga ribu...

aku : bang, cetak tiga ribu lembar bisa?
(sambil nyodorin contoh LSPOP)

AADC : bisa.

aku : tapi besok diambil.

AADC : jangan besok, lusa lah...

aku : ok, lusa.



udah deal, aku sama Enos balik ke kantor. tapi belom sempet keluar dari percetakan itu dari dalem ada yang tereak...

AADC : gayus...

Enos : KON**L lah!!!

aku : udah lah, Nos, ah...


aku tarik Enos yang tadi sempet merah padam mukanya sebelom terucap "kata cinta" yang lainnya dan si abang-abang jadi korban pelampiasan kebejatan Enos. *eh. ternyata selain cacat-mental, Enos juga temperamental. :P

sabar ya, Nos... ^^

[setelah sarapan di salah satu percetakan, Subulussalam 15 November 2010]

Friday, October 29, 2010

Scooter Boy


rantang...tang...tang...tang...


yea... this is it, my first scooter!!! call her Retno, an oldschool Vespa Super Sprint '67 toned in glossy black n white... so simple, so sexy, so beautiful!!! tapi sayangnya sekarang lagi di bengkel, bangku shock breaker belakangnya pecah, doh! somehow pas buru-buru mau ke kantor, si Retno agak seret pas dituntun keluar rumah. malemnya aku coba paksa dia nungging dan ternyata shock breaker belakang udah oblak... terpaksa ga bisa muter-muter kota sambil tebar pesona dulu tiap sore sampe si semok sehat lagi, cepet sehat ya, Retno... :'(

oya, karena bentar lagi aku mau pindah Jakarta jadi rencananya si Retno mau dijual, terus tar beli scooter merek lain di Jakarta. next project mau cari Lambretta!!! hehehe, jadi hari-hari terakhir pingin puas-puasin jalan sama Retno dulu sebelom pindah. tapi tar kalo ga laku brati Retno ikut pindah ke Jakarta... bawa kuliah pamerin sama temen-temen di kampus, kalo pengalaman di Subulussalam, jalan sama Retno lebih dilirik orang daripada naek Ninja or Satria FU. Tapi tetep, ga ada yang boleh bonceng!!!

kalo nama "Retno" itu karena diambil dari kata RETRO, jadi yang paling mendekati, bukan karena ada alesan yang sentimentil... tapi tentang nama Retno ada temen, sebut saja Bunga (bukan nama sebenernya), bilang katanya dia paling sebel sama nama Retno karena konon dikantornya ada kuntilanak bernama Retno yang sering gangguin. hahaha, itu mah deritamu...

tapi sorry banget kalo gambarnya apa adanya, soalnya cuma pake kamera hp, dan photographernya juga bukan kualitas profesional, mo cari model ga ada cewe cakep yang mau, jadinya aku sendiri terpaksa me-narsis-kan diri. oya, kalo aslinya lebih keren dari di poto. mungkin karena pencahayaan yang kurang (udah, mulai sotoy) jadinya warna putih mutiaranya ga mau keluar (padhal emang belom dicuci, hihihi). enjoy it!








model : Ahméd Taufiq Rosidi
shirt : Bali Lestari
jeans : Wrangler
watch : Rip Curl Magnum
footwear : DC Shoes
bike : Vespa Super Sprint '67
photographer : Enos Saputra Mendrofa
camera : BlackBerry 8520
location : KPP Pratama Subulussalam

kalo ada yang berminat cari model bisa hubungi aku via comment di sini, hihihi

[sepulang ngantor tapi masih males ke rumah, Subulussalam 15 Oktober 2010]

Thursday, October 28, 2010

Melukis Hadirmu




aku melukis dirimu
di dinding hatiku
untuk mengganti sepi
ketidakhadiranmu di sini








[di kantor waktu bosen gambar peta padahal deadline tiga hari lagi, Subulussalam 29 Oktober 2010]

Bukan Sebatas Kata


Mungkin sekarang kamu yang udah gak mau peduli lagi ma aku, tapi aku peduli ma kamu, kalo kamu pikir aku nyerah sekarang, kamu salah. Kita udah sejauh ini, banyak janji yang mesti aku tepati. Aku belom nyerah, Ti'...!

empat hari sebelomnya___

Kita saling rindu dalam dunia kata, meski di luar ada dunia yang sebenarnya, dengan rona jingga di langit senja, juga pelangi selepas hujan basahi kaca jendela. Tapi ada juga jauhmu di sana. Aku lebih suka di sini dan terkucil berdua, di dunia kita. Di sini aku bisa memilikimu selama apa, memujamu dengan segala yang aku bisa, yang akan jadi titik kecilku untuk akhiri semua cerita.

[beberapa saat setelah aku berbuat ketololan sekali lagi, Subulussalam 18-22 Oktober 2010]

Orang Itu Masih Kamu


kalo kamu tanya aku, aku gak tau jawabnya. entah kita yang mesti mencari cinta, entah cinta yang akan datang menemukan kita, yang pasti aku percaya selalu ada cinta untuk kita semua. dan untukku, kamu...

*BBM profile picture of Anthy


[terinspirasi dari avatar BBM-nya Anthy waktu huru-hara itu sepuluh hari yang lalu, 29 Oktober 2010]

Thursday, October 21, 2010

She Sent Me Love





siang itu, selepas istirahat makan siang...

"Bang Topiq, sini bentar bang!"

"Kenapa?"

"Ada paket ni."

"Eh, dari sapa?"

"Biasa, prikitew!"


satpam itu nyodorin sesuatu dari bawah mejanya, kotak besar yang dibungkus plastik kresek item lengkap sama hiasan pita di atasnya. sesimpul senyum terkulum setelah aku liat nama pengirimnya, ini kedua kalinya dapet surprise dari dia.



"Ok, tengkyu ya."

"Mo kemana? buka sini aja lah!"

"Hasyah!"


buru-buru aku naik lantai dua, maklum penasaran. setelah sampe di mejaku langsung cari cutter kesana kemari tapi yang ada cuma gunting. gunting sini, gunting sana ahirnya kotak itu aku buka, dan isinya adalah, jeng... jeng...




lampu tidur, lihat tulisannya...


kue-kue kering, nah ini langsung laris dimakan se-Exten!!!


nah, yang ini rahasia. kebaca ga tulisannya?


udah kebaca kan?


pingin tau isinya apa? rahasia, hihihi


ini ni tulisan favoritku!!!"


"aku sayang kamu :)" persis di deket tulisan "no smoking"



"iya, aku ga pingin kamu ngerokok karena aku sayang kamu, bukan karena aku ga suka rokok." kata dia lewat telpon malemnya. makasih ya, aku juga sayang kamu kok... ^^

[di kantor sesaat sore menjelang, Subulussalam 19 Oktober 2010]

Wednesday, October 13, 2010

Vespa dan Romantisme Senja




Vespa ini, ya, mainan baruku yang udah bawa imaji banyak orang. tak kecuali nenek. kami ga tau nama aslinya, cuma "nenek", tuan tanah pemilik banyak rumah kontrakan yang salah satunya aku tinggali sekarang. empat puluh tahun lalu, waktu nenek dulu sering dibonceng sang kekasih juga dengan Vespa seperti punyaku. Sempet terlontar keinginan nenek untuk membelikan kekasih yang telah puluhan tahun jadi suaminya itu...

"Beli berapa ini, Nak?"

"Tiga lapan, Nek."

"Murahnya!"

"Hehe iya, Nek, dapet dari temen."

"Lebih mahal sepeda Adit!"

"Kakek aku beliin gini aja apa ya? Kasian gak ada kakinya (motor)."

"...................."

"Ya udah, ati-ati aja kalo bawa, motor tua."

"Iya, Nek."


Nenek kembali masuk rumah menggandeng Amel kecil, cucunya. Matahari udah begitu rendah terhalang seng atap rumah² tetangga, sebentar lagi magrib. Aku jalan lagi ke rumah Enos, Gatot, Heru, dan Randi gak jauh dari situ, rumah kontrakan milik nenek juga. Masih terpikir tentang betapa manis pasangan kakek-nenek itu, di usia mereka yang senja nenek masih suka memberi kejutan sayang untuk kekasihnya, kakek, yang motornya ilang beberapa bulan lalu karena pagi² buta maling menyelinap masuk rumah sederhana kedua suami istri itu waktu mereka terlelap.



[sepulang kantor di depan rumah, Subulussalam 12 Oktober 2010]

Maka Tenanglah...


#tenang adalah waktu renyah suaramu selalu bisa yakinkan aku untuk gak perlu risaukan jauhmu, dan memang hati gak kenal jarak bukan?

#tenang itu ketika aku dan kamu sama² melihat hujan dari jendela di belahan bumi berbeda dalam waktu yang sama tanpa aba². Entah bagaimana...

#tenang itu waktu rinduku-rindumu saling janji untuk bertemu dalam kencan rahasia tanpa ragu, saling cumbu...

#tenang adalah ketika aku minta kamu pada Tuhan dan mulutmu berbisik "amin" tanpa ragu²

#tenang adalah janji yang berulang dari malam untuk pagi bahwa besok masih ada cerita tentang "kita" yang harus dilanjutkan, maaf kalo aku terlalu cape sampe lupa benerin selimutmu tapi aku sayang kamu...

[celoteh twitter tengah malem buat Anthy, Subulussalam 12 Oktober 2010]

Sunday, October 3, 2010

Oktober


#Oktober ini kekasih, makasih udah bangunin aku sesaat September berahir... Maukah kamu merenda harapan, biar aku yang melukisnya dengan rona merah muda dari pipimu...

#Oktober kekasih, aku merasa ini akan jadi bulanku dan bulanmu. Seperti Juni, bukan September... Jangan tanya apa, aku tau aja, cuma itu. Ini konspirasiku dengan Tuhan.

#Oktober kekasih. Ah, tersenyumlah dulu. Aku butuh rona merah muda pipimu untuk melukis jembatan di antara hitamnya jelaga lautan jarak, jalanku menuju jauhmu.

#Oktober kekasih, di mana 13 dan 28 saling janji diam-diam untuk saling bertemu dalam satu kencan rahasia, saling senyawa dalam hitungan aritmetika paling sederhana menjadi hari² sebelum November menjemput.

#Oktober kekasih, yang datang mengendap bersama gerimis. Aku suka gerimis. Nanti kalo aku datang, akupun akan datang dengan gerimis, tolong tahan aku selama mungkin di beranda itu, semampumu dengan gerimismu sendiri dari pelupuk di sudut matamu.

#Oktober kekasih,
malam pertama awal bulan...
cuma aku & kamu tau
saling memeluk, saling berbisik,
antara riuh rendah gerimis di atap,
juga gerimis kita sendiri dari pori² kulit.
tolong jangan menjerit!
aku milikmu...
*janganpadamesum*

#Oktober kekasih, yang mulai bernyanyi
untuk kita mencumbu lagi
di sela² hari, di jeda² jemari
tetaplah di sini...
bersamaku, melukis pelangi
di langit² hati
selepas mendung September pergi

#Oktober kekasih.
13 + 28 - 10 = 31.
aku, kamu, apa lagi?
satu kata, cocok!

#Oktober ini kekasih, yang ke 22 untukmu dan ke 23 untukku. Pertama untuk kita, dan akan banyak lagi yang lainnya...

#Oktober ini kekasih, aku menunggu hari yang datang membawaku pada Januari untuk bisa lebih dekat denganmu lagi. Maaf, sekarang aku masih bertempur tapi aku pasti datang bebaskanmu dari genggaman jarak, bersama kita akan bunuh seluruh waktu. Satu persatu.

[kumpulan twit-ku yang agak telat di-posting karena masih bingung ini puisi apa bukan tapi yang penting Anthy suka нuнuнu :Þ, Subulussalam 1 Oktober 2010]

Hujan Minggu Pagi



Aku minta hujan temani saat aku memeluk ketidakhadiranmu di sini, saat bibirku saling sesap sendiri, dan lidahku kelu terkulum sepi. Dengan riuh rendah suaranya yang menari di atap juga di aspal jalanan. Kadang sempat terpikir untuk mencari di antara jeda ribuan hujan yang tempiasnya menerobos jendela kamarku yang sengaja kubuka kacanya, kalo² ada rindu yang ikut jatuh bersama mereka, rindu yang mungkin kamu titipkan pada awan mendung kelabu pagi ini. Tapi tidak! Semua temetes inilah tangis rindumu, biar aku mandi hujan sekarang. Jangan marah kalo aku jadi masuk angin... Kamu yang tanggung jawab! :)

[Minggu pagi dan gak bisa ke mana² karena ujan, Subulussalam 3 Oktober 2010]

Saturday, October 2, 2010

Mari Bicara 2


Kamu tau sayang? Ketakutan terbesarku bukan marah atau bencimu. Tapi diammu yang seolah aku bukan sesiapa, bukan apa. Aku tiada. Semacam tersesat di dunia tanpa dimensi, tanpa warna, tanpa suara, tak pernah ada. Ya, cuma aku dan terasingku. Bukannya aku tercekat dalam bisuku, aku bisa teriak selantang apa tanpa ada yang butuh dengar. Bukannya aku lumpuh dalam gemingku, aku bisa lari sekencang apa tapi entah aku beranjak. Aku cuma melayang-layang tanpa gravitasi.

Tapi tidak, mungkin aku bukan terjebak di dunia ketiadaan, aku yang hilang. Aku masih di sini bersamamu, bukan dunia yang tak berdimensi, aku yang tanpa materi. Warnaku yang meluruh, tiap partikel tubuhku tak tersentuh. Bahkan hembusan anginpun enggan berbelok demi aku. Tak dikenal, tak terlihat, tak dirasa, tanpa suara. Sepi sendiri, terbelenggu dalam diammu. Hampaku.

Bicaralah, demi Tuhan jangan diam. Jangan hapus aku, aku tak mau hilang. Seperti terkurung aku dengan dinding-dinding gelap kutuk beribu malam, bahkan suaramu dalam bayangpun kurindukan. Marahi aku, maki aku, hujat aku tapi tolong jangan diam. Aku butuh dengar suaramu, cuma itu.

[sekuel dari "Mari Bicara" dalam kalutku dengan prahara yang entah apa, Subulussalam 2 Oktober 2010]

Wednesday, September 29, 2010

Efek Pilek & Kangen


Dan sekarang luka kecil itu menjalar keluar meresapi tiap inchi hatiku, masuk ke pembuluh nadi dan terbawa laju darah, menyetubuhi otakku yang sejatinya tak pernah sepi akan bayangmu yang terus mengganda lagi dan lagi. Sampai ketika nanti kita bertemu kamupun akan terkejut dengan betapa banyak wajahmu yang aku bawa selama ini di kepalaku, yang kucipta sendiri karena jauhmu...

Ya, luka kecil itu masih ada, luka maha-dahsyat yang terus menggelitik di setiap jeda nafas. Tapi biarlah yang kecil itu aku simpan dan pelihara, yang akan terus ingatkan bahwa aku masih bisa merasa sakit oleh luka, bahwa aku masih punya alasan untuk tetap bernafas. Kamu...

Mungkin nanti kamu bakal marah karena sekarang aku masih juga belom tidur malah kirim ввм kayak gini. Tapi aku bisa apa? Kalo kamu mau tau, ada yang terus gangguin aku setiap aku coba buat terpejam, seperti ribuan kamu yang datang bertubi tanpa jeda dan tanpa beri aku waktu buat nolak. Pun kalo aku punya waktu, apa hatiku mau berkompromi buat nolak kamu? Aku kira gak, dan pasti itu jawabnya, harus "gak". Kata orang hati gak pernah bohong, tentang segala apa yang aku rasakan, aku tau benar. semacam rindu, merindumu...

[setelah berjam-jam coba tidur sambil terus menguap tapi tetep gak bisa merem, Subulussalam 21 September 2010]

Thursday, August 19, 2010

Rice Cooker Suku Saiya


"Piq, ni ada beras, di situ ada rice cooker. Tar sore tinggal beli lauknya kalo mau buka puasa,"

Gilang ngomong sementara mataku langsung melihat sebuah rice cooker putih dan mungil, di atas kulkas si Edi yang juga mungil. Bentuknya yang hampir bulat mengingatkan aku pada pesawat luar angkasa yang dipakai orang-orang Saiya, seperti pesawat super canggih milik Bejita di film Dragon Ball Z, film kesukaanku waktu kecil dulu sejak kelas 3 SD.

Dulu, tiap hari minggu berarti hari untuk nonton tv. Jam 6 dapat dipastikan aku dan yang lain sudah duduk di depan TV dengan sepiring nasi. Ada banyak serial kartun yang aku suka maupun tidak. Aku suka Dragon Ball Z, Doraemon, Bakabon, and masih banyak lagi. Tentang Dragon Ball Z, kayak Doraemon, serial ini begitu panjang. Dari kelas 3 SD sampe aku SMA film ini belom tamat juga. Dan ahirnya aku bosan. Bukan bosan sama ceritanya tapi bosan sama kelakuan stasiun tv swasta Indonesia yang suka mengulang-ulang episode sehingga ceritanya jadi tidak urut. Mentang anak-anak mau dibohongi, brengsek!

Kembali ke rice cooker bulat-putih di atas kulkas. Begitu kecil tapi sakti, bisa merubah beras menjadi nasi. Aku jadi inget Bang Jack, dia satu-satunya di rumah kami yang ga puasa, dia Protestan. Berarti gak susah lagi kalo mau makan siang, selama ini kalo menjelang bulan puasa gak ada warung makan yang buka siang hari, terpaksa yang non Muslim ikut jadi kelaparan. Itu baru di Aceh, belom kalo Indonesia jadi negara Islam. Makanya aku kurang setuju ma sebagian sodara kita yang gembar-gembor pingin mengislamkan negri ini, rasanya pingin lempar pake rice cooker, eh, sayang ah... Elpiji 3 kilo!

"Jadi pingin masak!!!"

Tuesday, August 17, 2010

Jawaban


"Cantik, kok belom tidur?!"

"Kangen kamu..."

"Hm...?"

"Ngantuk dan lelah tak cukup membuatku tertidur malam ini. Ada rasa yang jauh lebih mampu membuatku tetap terjaga. Rindu."

"Hm...gombal, sapa tuh yang ajarin?!"

"Kamu!"

"Aku lebih kangen."

"Seberapa kangen?!"

"Aku punya satu kepala dan ribuan kamu di dalamnya."

"Hm...cuma ribuan!"

"Ada sekitar 100.000.000 sel saraf neuron di otakku dan semua berteriak ingin deket kamu sekarang, kangen kamu banget..."

"Gombal, kok aku gak denger?"

"Pingin denger? Coba merem!"

"Mana, kok gak ada?"

"Mmmmuahhhhhh..."

"TOPIQQQQQ !!!"

"Mumpung belom imsak, wekk..."


[seperempat jam menjelang imsak terinspirasi dari status facebooknya Anthy, Subulussalam 18 Agustus 2010]

Saturday, August 14, 2010

Kuncianmu


Sudah selesai acara sahurnya pagi itu, sudah habis sendok terahir nasi di mulut, sudah tak ada lagi alasan dia berlama-lama di warung ujung gang rumahnya. Dia tidak merokok sehabis sahur.

"Langit dipenuhi barisan bintang pagi ini, kamu tau, Sayang? aku punya kata-kata untuk kusampaikan buat kamu sebanyak bintang-bintang di sana, cuma aja ga bakal cukup waktu. Atau sering lidahku tiba-tiba kelu lalu beku, aku yang membisu."

Pelan kakinya melangkah satu-satu, meninggalkan jejak-jejak sendal jepit murahan yang kentara di atas jalanan basah dan becek seperti sebuah cap. Seandainya boleh, pasti dia juga ingin membuat cap pada tubuh perempuannya. Sebuah tattoo yang bisa dibaca semua orang bahwa dialah satu-satunya pemilik perempuan itu,

"Aku kuncianmu. Tapi yang terjadi malah kebalik, kamu yang memiliki aku juga menguasaiku. Dan aku suka. Anti... Anti..."

Dia tersenyum sambil terus berjalan. Pulang.

[terinspirasi dari lagu "Kuncianmu - BIP", tweet-nya Clara Ng, dan Ardiyanti Sari menjelang sahur, Subulussalam 15 Agustus 2010]

Friday, August 13, 2010

Sebungkus Janji dan Rinai Hujan


"Mmmmuahhhhhh! Met tidur ya cantik, sleep tight..."

Dia membenarkan letak selimut di badan perempuannya dan menunggui di sampingnya, tepat di tempat terbaik di mana dia bisa melihat wajah itu yang makin ayu waktu terlelap. Penuh, Teduh. Dingin angin malam menerobos lembut, tembus dari celah ventilasi kamar, perlahan mengantar pikirannya mundur empat tahun lalu, ketika jarak kadang membiaskan rindu, dan rindu tetap menjadi sesak tertahan waktu. Ya, tiga tahun lalu saat semua terasa begitu indah dan manis, hingga kini. Janji-janji kecil itu terucap ringan seperti uap air yang keluar bersama hembusan nafas dan telah dia tepati sekarang, hampir semua. Besok akan dia tepati satu lagi dari sekian banyak janjinya dulu. Tak lama diapun ikut terlelap.

*sesaat sebelum itu___________________________m(!-.-)m__

"Sayang, kok pingin rujak ya?!"

"Ujan-ujan gini, sayang?"


Perempuannya mengangguk dengan wajah termanis yang membuat hatinya luluh. Kesekian kalinya. meski sebenarnya tanpa ekspresi itupun dia akan tetap keluar menerjang hujan. Rasa bangga yang membuatnya lupa dengan cape seharian di kantor, lupa dengan deras air yang belom berhenti sedari sore tadi, lupa dengan influensa yang membuatnya bersin-bersin dua hari ini. Bangga dan bahagia, cuma itu.

Setengah jam kira-kira dan deru mesin vespa tua terdengar memasuki garasi, dengan badan basah kuyup dia melangkah gontai, tangannya kosong, tak tampak bungkusan yang tadi diminta. Tak perlu terucap kata, wajah perempuannya seolah mengisyaratkan bahwa dia cukup paham kenapa dia pulang dengan tangan hampa,

"Gak ada yang jualan lagi, sayang."

"Gapapa kok, besok aja ya."

"Maaf ya, besok pasti dapet!"

"Tidur aja yukk, aku juga udah ngantuk banget, sayang."


[sebuah fiksi untuk Anthy di selepas buka puasa waktu aku lagi males :p traweh, Subulussalam 13 Agustus 2010]

Thursday, July 29, 2010

untitled


Subulussalam, 18 Juli 2010
malam itu dia coba untuk berbaring saat rasa linu mulai menggerayangi setiap persendian dan perih menyelinap dari luka-luka goresan kedua kakinya. ada sakit yang menyiksa di tendon paha kirinya, ada nyeri dari sisa air sungai di telinganya, dan begitu banyak asam laktat tertimbun, tapi juga ada sebentuk senyum terkulum ...sesaat,

"terimakasih Tuhan..."

lalu kedua matanya pun terpejam.

Subulussalam, 19 Juli 2010
...ada rasa yang datang mengendap-endap dalam gelap setelah bibirnya senyap tak berucap, menyelinap di antara rusuk-rusuk dan belikat lalu meresap dan mengancam harap, menambah sesak dada yang memang sudah sesak oleh rindu sejak tadi,

"Aku takut..."

Subulussalam, 20 Juli 2010
"ada paket nih, ke kantor kan?"

suara seorang pegawai kantornya yang tiba-tiba menelpon di tengah hangatnya sore waktu dia lagi dinas luar membuatnya penasaran tentang kejutan yang akan dia terima hari itu. demi rasa penasaran dia ahiri pendataan sore itu dan,

"Seperti dua orang aneh ini, hihihhi... Semoga selalu bisa bersama, Walaw masih dalam jarak Semoga selalu bisa tersenyum, Walau masih dalam jarak Dan selalu saling menyayang, Walau masih dalam jarak Terbentang lepas... Bersama menanti cahaya tiba Untuk saling beriring bukan digiring" -spasi- (Ardiyanti Sari)

senyum kecilnya terkembang setelah dia baca sebuah pesan singkat yang tertulis di kertas hitam itu, sebuah pesan yang terkirim bersama kejutan kecil yang begitu istimewa dari pengirim yang juga istimewa.



Subulussalam, 23 Juli 2010
awan mendung masih saja menggelayut manja di kolong langit kota itu sedari pagi, seolah hujan sore itu tak cukup tuntas dan ada yang tertahan. seperti embun di ujung dahan, rindu itu masih tertahan...

"terimakasih Tuhan, Kau berikan dia yang begitu indah untukku,"

dan lelaki itu tidur dengan senyuman.

Subulussalam, 26 Juli 2010
pagi itu udah jam enam waktu dia paksa mata sipitnya untuk kembali terbuka, dulu dia ga akan bisa bangun di waktu sepagi dan di dingin udara seperti itu. tapi itu dulu, hampi dua bulan lewat sampai cerita di antara mereka dimulai.

"coba kamu ada di sini, di pelukku, pasti aku makin males ngantor,"

bangkit dari balik selimut tebalnya menuju kamar mandi dan berwudlu. dingin angin yang mendesir sisa hujan subuh tadi makin membuat dia sesak akan rindu, akan jarak, akan perempuannya yang tadi membangunkan dengan telepon,

"dan kita jadi telat absen pastinya..."

Subulussalam, 27 Juli 2010
"Seorang temen pernah bilang daun yang jatuh tak pernah membenci angin... Ia akan membiarkannya begitu saja.. Tak melawan pusaran angin dan tarikan grafitasi.. Mengikhlaskan.. Kamu tau sayang? Itu yang aku rasakan sekarang, aku dekatimu dan biarkan hati ini jatuh, sekarang hati ini udah bener-bener jatuh dan aku relakan dadaku sesak akan rindu. Merindumu..."

[dari kumpulan status facebook gw, Purwodadi 8 September 2010]

Thursday, June 17, 2010

Rindu Ini Milikmu



Ada setangkup resah waktu pagi datang,

seperti embun di ujung dahan,
Ada rindu yang tertahan...

Pahit getir juga yang ahirnya menamparku dari ketermanguan

Dalam riuh rendah bisik subuh, aku merindunya
Dalam dingin beku pagi buta, aku merindunya

Sesederhana ini aku mencintai "dia",
Bukan seperti bulan purnama
Bukan seperti mawar setaman
Bukan itu semua...

Sederhana layaknya hembusan nafas,
Sederhana layaknya rintik hujan
Sederhana layaknya gelak tawa juga ratap tangis.


Rindu ini untukmu,
Ardiyanti Sari
Perempuanku...


Subulussalam-Makassar 15 Juni 2010

[ditulis setelah rindu itu terkirim bersama udara dini hari dua hari lalu dan masih sesak terasa kini, Subulussalam 17 Juni 2010]

Sunday, June 13, 2010

Mari Bicara


Wahai kekasihku..
Mari kita duduk sejenak
Lalu bicara tentang cinta
Yang dulu mengikat kita erat
Namun kini longgar terasa
Mari kita bicara tentang waktu juga
Yang dulu melambungkan kita
Namun kini membiaskan kebersamaan kita
Mereka kah yg merubah semua
Atau kita?

by _aiedaiL_

[resah hati seorang temen buat lelakinya, semoga kita saling belajar... Bandar Lampung 14 Juni 2010]

Saturday, May 29, 2010

Obvious

walking through cryin rain...
i have no tears just something known as pain
deep here, but even i dont know
i'm enjoyin it so much, somehow...
i'm sick n very happy

then the middle of forrest stop me
when no one come to see
many many leafs layin on ground
i'm lookin for way home to found
i'm sick n very happy

this is place named heaven
nor just pain you given
force me sleep always n always
in everytime i open my eyes
in your smile i'm happy

are you only reason i created for
never say no anymore, no more
like leafs and flowers layin on ground
the way home to found
in your smile i'm happy




[ditulis sambil dengerin Oasis dini hari selepas "kamu" terlelap tidur, Subulussalam 30 Mei 2010]